Berdagang adalah profesi yang mulia dalam Islam. Buktinya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri adalah pedagang dan beliau memuji serta mendoakan para pedagang yang jujur.
Rasulullah adalah pedagang
Ketika berusia 25 tahun, beliau pergi berdagang ke negeri Syam dengan membawa modal dari Khadijah radhiallahu’anha yang
ketika itu belum menjadi istri beliau. Ibnu Ishaq berkata: “Khadijah
binti Khuwailid ketika itu adalah pengusaha wanita yang memiliki banyak
harta dan juga kedudukan terhormat. Ia mempekerjakan orang-orang untuk
menjalankan usahanya dengan sistem mudharabah (bagi hasil) sehingga para
pekerjanya pun mendapat keuntungan. Ketika itu pula, kaum Quraisy
dikenal sebagai kaum pedagang. Tatkala Khadijah mendengar tentang
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (yang ketika itu belum
diutus menjadi Rasul, pent.) mengenai kejujuran lisannya, sifat
amanahnya dan kemuliaan akhlaknya, maka ia pun mengutus orang untuk
menemui Rasulullah. Khadijah menawarkan beliau untuk menjual
barang-barangnya ke negeri Syam, didampingi seorang pemuda budaknya
Khadijah yang bernama Maisarah. Khadijah pun memberi imbalan istimewa
kepada beliau yang tidak diberikan kepada para pedagangnya yang lain.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menerima tawaran itu dan lalu
berangkat dengan barang dagangan Khadijah bersama budaknya yaitu
Maisarah sampai ke negeri Syam” (Sirah Ibnu Hisyam, 187 – 188, dinukil
dari Ar Rahiqul Makhtum, 1/51)
Para sahabat Nabi adalah pedagang
Mungkin kita semua ingat kisah 'Abdurrahman bin 'Auf radhiallahu'anhu, bagaimana kehebatan beliau dalam berdagang,
قدِمَ
عبدُ الرحمَنِ بنُ عَوفٍ المدينَةَ، فآخَى النبي صلَّى اللهُ عليه وسلَّم
بينَهُ وبينَ سعدِ بنِ الرَّبيعِ الأنْصاريِّ فعرَضَ عليهِ أنْ يُناصِفَهُ
أهلَهُ ومالَهُ، فقال: عبدُ الرحمَنِ بارَكَ اللَّهُ لك في أهلِكَ ومالكَ
دُلَّني علَى السُّوقِ، فرَبِحَ شَيئًا من أَقِطٍ وسَمْنٍ
“Abdurraman bin Auf ketika datang di Madinah, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mempersaudarakannya
dengan Sa'ad bin Ar Rabi' Al Anshari. Lalu Sa'ad menawarkan kepada
Abdurrahmah wanita untuk dinikahi dan juga harta. Namun Abdurrahman
berkata: 'semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu, tapi cukup
tunjukkan kepadaku dimana letak pasar'. Lalu di sana ia mendapatkan
untung berupa aqith dan minyak samin” (HR Al Bukhari 3937)
Dan juga para sahabat Nabi yang lain, banyak yang merupakan pedagang. Abu Bakar radhiallahu’anhu adalah
pedagang pakaian. Umar radhiallahu’anhu pernah berdagang gandum dan
bahan makanan pokok. ‘Abbas bin Abdil Muthallib radhiallahu’anhu adalah
pedagang. Abu Sufyan radhiallahu’anhu berjualan udm (camilan yang dimakan bersama roti). (Dikutip dari Al Bayan Fi Madzhab Asy Syafi’i, 5/10)
Hadits-hadits motivator pedagang
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam seringkali memuji dan memotivasi para pedagang. Diantaranya beliau bersabda:
التاجر الصدوق الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء
“Pedagang
yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi,
orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209, ia berkata:
“Hadits hasan, aku tidak mengetahui selain lafadz ini”)
عَنْ
رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ
أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»
Dari
Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai
Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)
Demikian
juga para ulama salaf, banyak diantara mereka yang merupakan para
pengusaha dan pedagang. Dengan demikian mereka hidup mulia dan tidak
bergantung pada belas kasihan orang. Pernah suatu ketika Sufyan Ats
Tsauri sedang sibuk mengurus hartanya. Lalu datanglah seorang penuntut
ilmu menanyakan sebuah permasalahan kepadanya, padahal beliau sedang
sibuk berjual-beli. Orang tadi pun lalu memaparkan pertanyaannya. Sufyan
Ats Tsauri lalu berkata: ‘Wahai anda, tolong diam, karena konsentrasiku
sedang tertuju pada dirhamku, dan ia bisa saja hilang (rugi)’. Beliau
pun biasa mengatakan,
لو هذه الضيعة لتمندل لي الملوك
“Jika dirham-dirham ini hilang, sungguh para raja akan memanjakan diriku”
Ayyub As Sikhtiani rahimahullah juga berkata:
الزم سوقك فإنك لا تزال كريماً مالم تحتج إلى أحد
“Konsistenlah pada usaha dagangmu, karena engkau akan tetap mulia selama tidak bergantung pada orang lain”
Jangan jadi pedagang durjana
Walau banyak sekali keutamaan menjadi pedagang, namun Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam juga mewanti-wanti dengan keras para pedagang. Beliau bersabda:
إِنَّ التُّجَّارَ هُمُ الْفُجَّارُ
“Para pedagang adalah tukang maksiat”
mendengar
ini, para sahabat kaget dan bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah Allah
telah menghalalkan jual-beli?”. Rasulullah menjawab,
بَلَى وَلَكِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ فَيَكْذِبُونَ وَيَحْلِفُونَ فَيَأْثَمُونَ
“Ya, namun mereka sering berdusta dalam berkata, juga sering bersumpah namun sumpahnya palsu”. (HR. Ahmad 3/428, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 1/707)
Yang
beliau maksud adalah para pedagang yang durjana, yang bermaksiat dalam
usaha dagangnya. Dalam Al Mu’tashar (1/334), Imam Jamaludin Al Malathi
Al Hanafi (wafat 803 H) berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
menyebut pedagang sebagai tukang maksiat secara mutlak karena
demikianlah yang paling banyak terjadi, bukan berarti secara umum mereka
demikian. Orang arab biasa memutlakan penyebutan pujian atau celaan
kepada sekelompok orang, namun yang dimaksud adalah sebagian saja”.
Semoga bermanfaat dan selamat berdagang.
Sumber : Keutamaan Berdagang
Post a Comment