Bila demikian adanya, tentu setiap orang dari kita mendambakan untuk
mendapatkan keberkahan dalam pekerjaan, penghasilan dan harta kita.
Setiap kita pasti bertanya-tanya, bagaimanakah caranya agar usaha,
penghasilan dan harta saya diberkahi Allah?
Sebagaimana peranan
keberkahan dalam hidup secara umum, dan dalam usaha serta penghasilan,
telah banyak diulas dalam al-Qur'an dan Hadits, demikian juga
persyaratan dan metode mendapatkannya. Berikut saya akan sebutkan
beberapa persyaratan dan metode tersebut:
Kiat pertama untuk menggapai keberkahan: Iman kepada Allah.
Inilah syarat pertama dan terbesar agar rezeki kita diberkahi Allah, yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman,
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم
بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم
بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ. الأعراف: 96
"Andaikata penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Qs. al-A'raf: 96).
Demikianlah imbalan Allah kepada orang-orang yang beriman dari hamba-hamba-Nya. Dan sebaliknya, orang yang kufur dengan Allah Ta'ala, niscaya ia tidak akan pernah merasakan keberkahan dalam hidup.
Di antara perwujudan iman kepada Allah Ta'ala
yang berkaitan dengan penghasilan ialah dengan senantiasa yakin dan
menyadari bahwa rezeki apapun yang kita peroleh ialah atas karunia dan
kemurahan Allah semata, bukan atas jerih payah atau kepandaian kita.
Yang demikian itu karena Allah Ta'ala telah menentukan jatah rezeki
setiap manusia semenjak ia masih berada dalam kandungan ibunya.
Disebutkan dalam suatu hadits,
إِنَّ
أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نطفة
ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلك
ثُمَّ يَبْعَثُ الله مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، وَيُقَالُ
له: اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِيٌّ أو سَعِيدٌ ثُمَّ
يُنْفَخُ فيه الرُّوحُ متفق عليه
"Sesungguhnya salah seorang
dari kamu disatukan penciptaannya di dalam kandungan ibunya selama empat
puluh hari berupa nuthfah, kemudian berubah menjadi segumpal darah
selama itu juga, kemudian berubah menjadi segumpal daging selama itu
juga, kemudian Allah akan mengutus seorang malaikat, lalu malaikat itu
diperintahkan dengan empat kalimat, dan dikatakan kepadanya, 'Tulislah
amalannya, rezekinya, ajalnya dan apakah ia sengsara atau bahagia.'
kemudian malaikat itu diperintahkan untuk meniupkan ruh padanya." (HR. Muttafaqun 'alaih).
Bila
kita pikirkan diri dan negeri kita, niscaya kita dapatkan buktinya,
setiap kali kita mendapatkan suatu keberhasilan, maka kita lupa daratan,
dan merasa itu adalah hasil dari kehebatan kita. Dan sebaliknya, setiap
terjadi kegagalan atau bencana kita menuduh alam sebagai dalangnya, dan
kita melupakan Allah Ta'ala.
Ketika Aceh ditimpa musibah
Tsunami, kita menuduh alam sebagai penyebabnya, yaitu dengan mengatakan
itu karena akibat dari pergerakan atau benturan antara lempengan bumi
ini dengan lempengan bumi itu dan seterusnya. Ketika musibah lumpur di
Porong menimpa kita, kita ramai-ramai menuduh alam dengan mengatakan itu
dampak dari gempa yang menimpa wilayah Jogjakarta dan sekitar. Ketika
banjir melanda Jakarta, kita ramai-ramai menuduh alam, dengan berkata
siklus alam, atau yang serupa.
Jarang di antara kita yang mengembalikan semua itu kepada Allah Ta'ala,
sebagai teguran atau cobaan atau mungkin juga sebagai adzab. Bahkan,
orang yang berfikir demikian akan dituduh kolot, kampungan tidak ilmiah,
atau malah dianggap sebagai teroris, dan seterusnya.
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan Allah)." (Qs. ar-Rum: 41).
عَنْ
زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ صَلَّى
لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم صَلَاةَ الصُّبْحِ
بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنْ اللَّيْلَةِ فَلَمَّا
انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ: (هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟) قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ
عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ
اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ
وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي
وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ. متفق عليه
"Dari sahabat Zaid bin
Khalid al-Juhani rashiallahu 'anhu ia menuturkan, 'Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami kita shalat Subuh di Hudaibiyyah
dalam keadaan masih basah akibat hujan tadi malam. Seusai beliau
shalat, beliau menghadap kepada para sahabatnya, lalu berkata, 'Tahukah
kalian apa yang difirmankan oleh Tuhan kalian?' Mereka menjawab, 'Allah
dan rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Allah berfirman,
'Ada sebagian dari hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan kafir. Adapun
orang yang berkata, 'Kita telah dihujani atas karunia dan rahmat Allah,
maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kufur dengan bintang.' Dan
orang yang berkata, 'Kita dihujani atas pengaruh bintang ini dan itu,
maka itulah orang yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang.'" (HR. Muttafaqun 'alaih).
Bila
demikian adanya, maka mana mungkin Allah akan memberkahi kehidupan
kita?! Bukankah pola pikir semacam ini adalah pola pikir yang
menyebabkan Qarun diadzab dengan ditelan bumi?!
قَالَ
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ
قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ
قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ
الْمُجْرِمُونَ. القصص: 78
"Qarun berkata, 'Sesungguhnya aku
hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.' Dan apakah ia tidak
mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak harta
kumpulannya." (Qs. al-Qashas: 78).
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, M.A
Sumber : Kiat Ngalap Berkah Bagi Bisnis Anda
Post a Comment