Hanya dengan cara pandang agama, manusia akan percaya bahwa
sesungguhnya kekayaan tidak selalu berwujud harta benda. Kekayaan yang
sebenarnya tidak selalu diukur dengan besarnya angka-angka materi.
Keluasan hati saat seorang hamba mampu menekan hawa nafsunya, bersikap
menerima dan mensyukuri apa yang ada justru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam nyatakan sebagai kekayaan yang sebenarnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim)
Ibnu Baththal berkata, “Hadis ini bermakna bahwa kekayaan yang hakiki
bukan pada harta yang banyak. Karena, banyak orang yang Allah luaskan
harta padanya namun ia tidak merasa cukup dengan pemberian itu, ia terus
bekerja untuk menambah hartanya hingga ia tidak peduli lagi dari mana
harta itu didapatkan, maka, sesungguhnya ia orang miskin, disebabkan
karena ambisinya yang sangat besar.”
Oleh karena itu kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Orang
yang merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak terlalu berambisi untuk
menambah hartanya dan terus-menerus mencarinya, maka berarti ia orang
yang kaya”
Al-Qurthubi berkata, “Hadis ini bermakna bahwa harta yang bermanfaat, agung dan terpuji adalah kekayaan jiwa.”
Dengan demikian, tidak selalu harta benda yang banyak itu
mendatangkan kebahagian, kebaikan dan kesenangan bagi pemiliknya.
Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam
hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau
sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam
hati.
Hati yang takut kepada azab Allah, beriman, penuh rasa syukur dan
cinta kepada Pemilik dan Pemberi rizki sebenarnyalah yang akan
memperoleh kebaikan dan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya, sebesar
apapun harta tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya,
menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang
kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa
akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya,
menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam
keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua hati yang kaya, hati
yang selalu bergantung dan bersandar kepada Dzat yang Mahakaya.
Wallahu a’lam
Post a Comment