Alhamdulilah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya.
Sejarah
setiap umat dan bangsa adalah modal awal bagi terwujudnya pembangunan
masa depan mereka yang cerah. Tatkala suatu bangsa telah melupakan
sejarah masa lalu mereka, maka itu pertanda kehancuran mereka telah tiba
saatnya. Ketahuilah bahwa pada sejarah setiap bangsa pasti menyimpan
banyak pelajaran berharga, padahal sejarah tidak pernah lupa atau salah
ingatan.
Wajar bila Allah Ta’ala memerintahkan anda untuk
menimba pelajaran dari orang-orang yang telah mendahului anda.
Bagaimana mereka mencapai kejayaan dan mengapa kehancuran menimpa
mereka.
(قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانْظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذَّبِينَ)
“Sungguh
telah berlalu sebelummu sunnah-sunnah (kebiasaan) Allah, maka
berjalanlah engkau di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan rasul.” Ali Imran 137.
Pedagang Mengislamkan Nusantara.
Saudaraku!
Sudahkan anda menggali berbagai mutiara hikmah dari sejarah nenek
moyang kita? Profesi dan status yang anda sandang saat ini tidak
sepantasnya menghalangi anda dari menggali mutiara hikmah dari nenek
moyang anda.
Nenek moyang kita konon begitu terkesan dan terpikat
oleh akhlaq mulia para pedagang yang singgah di bumi nusantara ini.
Begitu kuat simpati nenek moyang kita dengan akhlaq para pedagang
muslim, sampai-sampai mereka berani dan rela meninggalkan agama yang
mereka anut sedari dahulu kala. Dalam waktu yang relatif singkat, bangsa
kita yang sebelumnya beragama Hindu dan Buda berubah menjadi beragama
Islam.
Belumkah tiba saatnya anda bertanya: begitu hebatkah
karismatik para pedagang itu, sehingga mereka berhasil mengislamkan bumi
Nusantara? Metode apakah yang mereka gunakan sehingga berhasil
menebarkan syari’at Allah, padahal sudah barang tentu mereka juga sibuk
dengan perniagan mereka?
Sejarah masuknya agama Islam ke negri kita tercinta Indonesia sungguhlah unik dan menakjubkan.
Betapa
tidak, kala itu masyarakat setempat beragamakan hindu dan budha dan di
bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan hindu dan budha pula. Walau demikian,
semua itu tidak dapat menghadang laju pergerakaan para penyebar syi’ar
Islam. Dan yang menambah sejarah ini semakin unik ialah, nenek moyang
kita dengan suka rela memeluk agama Islam tanpa paksaan dan iming-iming
materi. Bahkan sebaliknya, dengan keputusan mereka untuk masuk Islam ini
berarti mereka menyatakan siap menanggung segala resiko dan tantangan
yang bakal mereka hadapi.
Anda bisa bayangkan, kira-kira bagaimana
sikap para pendeta, biksu dan pemuka agama hindu dan buda tatkala
mengetahui pilihan masyarakatnya? Bayangkan pula pula betapa besar
kemurkaan raja-raja kala itu akibat dari sikap masyarakatnya yang
berbondong-bondong masuk Islam dan meninggalkan agama rajanya.
Jadilah Pedagang Penyebar Islam.
Tindakan
sering kali lebih cepat menyampaikan pesan dibanding seribu ucapan.
Bahkan tindakan mampu memberikan kesan yang tidak mungkin ditumbuhkan
oleh tutur kata. Ini membuktikan betapa pentingnya peranan teladan yang
baik dalam kehidupan umat manusia secara umum dan umat muslim secara
khusus begitu. Wajar bila Islam menekankan agar lisan anda selaras
dengan tindakan anda, dan tentu tindakan anda selaras dengan iman yang
tertanam kokoh dalam dada.
(يا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ {2}كَبُرَ مَقْتًا عِندَ
اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ)
“Wahai orang-orang
yang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak engkau
kerjakan. Sangat besar kebencian Allah bila engkau mengatakan suatu
ucapan yang tidak engkau kerjakan.” As Shaf 2-3
Anda mengaku
beriman kepada Allah, dan hari akhir, akan tetapi sudahkah tindakan anda
mencerminkan akan keimanan tersebut? Anda percaya bahwa menepati janji,
amanah, dan jujur adalah suatu kepastian dalam agama anda. Namun
sudahkah itu semua tercermin dalam perilaku anda selama ini ?
Wajar bila Nabi ‘alaihissalam dalam banyak kesempatan menjadikan akhlaq mulia dan santun anda sebagai bukti iman anda.
(مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ،
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ)
“Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia tidak mengganggu tetangganya.
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia
menghormati tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaknya ia bertutur kata yang baik atau bila tidak kuasa, maka
hendaknya ia berdiam diri.” Muttafaqun ‘alaih
Pada hadits lain beliau bersabda:
-فَمَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ
فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ رواه
مسلم
“Barang siapa mendambakan untuk dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke surga, hendaknya ia mati dalam keadaan beriman kepada
Allah dan hari akhir, dan hendaknya ia memperlakukan orang lain
sebagaimana ia suka bila mereka memperlakukannya dengan cara itu.” Riwayat Muslim
Suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melntasi para pedagang yang sedang berniaga. Tidak ingin kehilangan
momentum bagus ini, maka beliau segera memanfaatkannya untuk
menyampaikan etika pokok para pedagang muslim. Dengan suara yang
lantang, beliau menegaskan kepada mereka:
(يا معشر
التجار! فاستجابوا لرسول الله ورفعوا أعناقهم وأبصارهم إليه، فقال: (إن
التجار يبعثون يوم القيامة فجارا، إلا من اتقى الله وبر وصدق) رواه الترمذي
وابن حبان والحاكم وصححه الألباني
"Wahai para pedagang!
Spontan mereka menyimak apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mengangkat leher dan pandangan
mereka kepada beliau. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya kelak pada
hari qiyamat, para pedagang akan dibangkitkan sebagai orang-orang fajir
(jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik dan
berlaku jujur." Riwayat At Timizy, Ibnu Hibban, Al Hakim dan dishahihkan oleh Al Albany.
Untuk lebih menekankah pesannya ini, Nabi ‘alaihissalam mencontohkan dalam praktek nyata bagaimana seyogyanya para pedagang menjalankan perniagaannya:
عن
عبد المجيد بن وهب قال: قال لي العداء بن خالد بن هوذة: ألا نقرئك كتابا
كتبه لي رسول الله ؟ قلت: بلى. فأخرج لي كتابا، فإذا فيه: (هذا ما اشترى
العداء بن خالد بن هوذة من محمد رسول الله اشترى منه عبدا أو أمة لا داء
ولا غائلة ولا خبثة بيع المسلم للمسلم) رواه الترمذي وابن ماجة وحسنه
الحافظ ابن حجر العسقلاني
"Abdul Majid bin Waheb, mengkisahkan,
bahwa Al 'Addaa' bin Khalid bin Hauzah berkata kepadaku: Sudikah engkau
aku bacakan kepadamu surat yang dituliskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
untukku? Aku-pun menjawab: Tentu. Kemudian ia mengeluarkan secarik
surat, dan ternyata isinya: "Inilah penjualan Al 'Addaa' bin Khalid bin
Hauzah kepada Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ia (Al 'Addaa') menjual kepadanya (Nabi ) seorang budak laki-laki atau
budak perempuan. Budak yang tiada berpenyakit, berperangai buruk, tidak
pula ada pengelabuhan, sebagaimana lazimnya penjualan seorang muslim
kepada orang muslim lainnya." Riwayat At Tirmizi, Ibnu Majah, dan
dinyatakan hasan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar Al 'Asqalany.
Menurut hemat anda, bila para pedagang muslim mematuhi petuah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
di atas, akankah ada orang yang tidak simpatik dengannya? Mungkinkah
hati nurani para pelanggan tidak terpikat dengan tutur kata anda yang
lembut, senyum anda yang mencerminkan ketulusan batin dan sikap anda
yang jujur?
Pada kesempatan lain, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi contoh lain dari, beliau bersabda:
(رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى( رواه البخاري
"Semoga Allah senantiasa merahmati orang yang senantiasa berbuat mudah ketika ia menjual, membeli dan ketika menagih." Riwayat Bukhari.
Saudaraku!
Sebagai pedagang, apa perasaan anda tatkala memiliki pelanggan atau
relasi yang berperangai sebagaimana di paparkan di atas? Mungkinkah anda
kuasa untuk menahan badai simpati yang bergemuruh dalam hati anda?
Kuasakah anda untuk tidak mendengarkan tutur katanya, bila ia sedang
berbicara? Dan mungkinkah anda untuk tidak mempercayainya?
Wajar bila nenek moyang kita semua terpikat dan dengan suka rela meninggalkan agama nenek moyang mereka yang telah mereka anut berabad-abad lamanya. Dengan jiwa yang besar dan hati yang tulus, nenek moyang kita menerima agama yang disyi’arkan oleh para pedagang muslim kala itu. Semua itu berkat keluhuran budi pekerti dan ketulusan hati para pedagang muslim yang singgah di negri kita kala itu.
Wajar bila nenek moyang kita semua terpikat dan dengan suka rela meninggalkan agama nenek moyang mereka yang telah mereka anut berabad-abad lamanya. Dengan jiwa yang besar dan hati yang tulus, nenek moyang kita menerima agama yang disyi’arkan oleh para pedagang muslim kala itu. Semua itu berkat keluhuran budi pekerti dan ketulusan hati para pedagang muslim yang singgah di negri kita kala itu.
Fakta Pedagang Muslim Di Zaman Ini.
Pedagang
muslim zaman dahulu telah berhasil menebarkan syi’ar Allah dan
mengislamkan penduduk Nusantara. Nah bagaimana dengan pedagang muslim
zaman sekarang? Saya yakin anda mengetahui bagaimana fakta pilu yang di
jalani oleh banyak dari pedagang muslim. Segala cara mereka tempuh guna
mengeruk keuntungan sesaat, walau harus mengorbankan akhiratnya.
Saudaraku!
Belumkah tiba saatnya bagi anda untuk kembali membuktikan bahwa upaya
mendapatkan keuntungan niaga tidaklah menghalangi anda untuk bisa
berdakwah dan menebarkan syi’ar Allah. Tidakkah anda terpanggil untuk
meneladani nenek moyang anda terdahulu yang telah berhasil mengislamkan
penduduk nusantara?
Bila pedagang terdahulu berhasil mengislamkan
orang hindu dan buda dengan melalui perniagan mereka, maka tidakkah anda
kuasa “mengislamkan” orang Islam dengan perniagaan anda pula? Buktikan
kepada dunia luas bahwa syari’at islam anda mampu menjadikan anda
mengeruk keuntungan dan menjadikan bisnis anda lancar. Anda berbahagia
dengan keuntungan anda dan masyarakatpun damai sejahtera dengan
perniagaan anda.
Semoga paparkan singkat ini menggugah iman dan
semangat anda untuk menyingsingkan baju dan membulatkan tekad untuk
berniaga dapat memancarkan iman dan amal shaleh pada perniagaan anda.
Sumber: Majalah Cetak Pengusaha Muslim Indonesia
Post a Comment