Karena selalu memikirkan masa depan keluarganya yang tak jelas karena keterbatasan ekonomi, Yana Hawiarifin
terpaksa putar otak untuk dapat membantu mereka. Sempat jaya dalam
bisnis properti tahun 1994, omzet properti secara mendadak anjlok saat
krisis ekonomi 1997-1999. Kejadian ini membuat Yana terpaksa meninggalkan bisnis properti.
Setelah diskusi dengan salah seorang
keponakannya, lahirlah ide untuk menjual keripik pedas. “Tapi saya pikir
harus ada pembeda karena yang jual keripik sudah banyak sekali. Setelah
pikir sana-sini kami putuskan bahwa Keripik Karuhun identik dengan
renyah dan aroma daun jeruk,” jelas Yana saat menceritakan kisah lahirnya keripik Karuhun kepada mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, Depok, Jawa Barat, kemarin.
Yana mengaku pada
awalnya sulit untuk memperkenalkan Keripik karuhun kepada masyarakat
luas. Awalnya Ia menggunakan sanak saudaranya untuk memperkenalkan
produknya ke semua teman-teman.
“Saya suruh keponakan-keponakan untuk
bawa keripik ke sekolah, bagi-bagi saja ke teman mereka. Tujuannya untuk
mengetes pasar,” ungkapnya.
Setelah itu ia menggunakan mobilnya yang
ditempeli stiker keripik Karuhun berputar-putar keliling Bandung tanpa
arah. “Supir sampai bingung mau ngapain sebenarnya, tapi saya bilang
jalan saja pokoknya,” tambah Yana.
Setelah seminggu berputar-putar tanpa arah akhirnya Yana
menentukan titik-titik jualan di Bandung. Namun setelah dua minggu
Keripik Karuhun dijajakan di titik-titik yang telah ditentukan, tim
penjualan Yana stres. Dua minggu pertama rata-rata
penjualan tiap orang hanya 5-6 bungkus. Jika digabungkan penjualan
keseluruhan keripik Karuhun hanya 32 bungkus.
“Saat-saat kritis inilah mental seorang
pengusaha diuji. Pilihannya hanya dua, mau lanjut atau alih haluan ke
bisnis lain. Dan saya pilih lanjut, saya yakinkan mereka bahwa produk
kita unik dan pasti akan besar,” ujar pria yang memberdayakan semua
keponakannya saat pertama kali menjual keripik Karuhun.
Dengan mental pemenang itu, akhirnya
keripik Karuhun semakin kesohor di masyarakat. Saat ini penjualan per
hari keripik Karuhun dapat mencapai 20 ribu bungkus dengan omzet per
bulan mencapai puluhan juta rupiah.
Kesuksesan ini tak lepas dari kreatifitas strategi marketing Yana. Dengan sistem penjualan langsung yang mengadopsi sistem multilevel marketing, Yana memberdayakan mahasiswa dan kaum muda lainnya untuk ikut berjualan.
Dalam seminar “Entrepreneur In Action, Road to Success Entrepreneur” ini Yana
juga menuturkan bahwa tiap pengusaha harus punya mimpi, ide-ide, dan
aksi. Tanpa mimpi semuanya akan sia-sia karena kita tidak bisa berbuat
apa-apa.
“Mengenai ide, tidak perlu repot mencari
ide baru, lihat saja sekeliling kita. Nah masalahnya mampu tidak ide
tersebut kita lakukan,” ujar pria yang biasa dipanggil Abah ini.
Selain itu, Yana pun
berpesan kepada para mahasiswa yang ingin serius di dunia
entrepreneurship agar konsisten dalam tiap bisnis yang dijalankan.
Kuncinya adalah evaluasi dan inovasi.
“Masa awal itu merupakan
masa kritis, tapi jangan kemudian meninggalkan begitu saja usaha yang
kita bangun. Yakinkan diri kita bahwa kita bisa sukses dengan bisnis
ini,” nasihat pria kelahiran 6 Agustus 1968 ini.
Post a Comment