Pembaca pengusaha muslim Kalimantan Barat, dalam bisnis tidak serta merta
hanya mendapat untung saja. Tapi sudah selayaknya seorang muslim
mengetahui tentang hukum-hukum perdagangan yang sesuai Islam. Berikut
ini kita akan mengupas artikel tentang perkataan ulama yang membuat
kesepakatan haramnya jual beli bangkai
Kesepakatan Ulama Dalam Jual Beli
الإجماع لابن المنذر (ص: 30)
كتاب البيوع وأجمعوا على أن بيع الحر باطل
Para ulama bersepakat akan tidak sahnya memperjualbelikan orang merdeka [bukan budak].
وأجمعوا على تحريم بيع الميتة
Para ulama sepakat akan haramnya jual beli bangkai
وأجمعوا على أن بيع الخمر غير جائز
Mereka, para ulama, menyepakati bahwa memperdagangkan khamr adalah hal yang tidak diperbolehkan.
وأجمعوا على تحريم ما حرم الله من الميتة والدم والخنزير
Mereka, para ulama, bersepakat akan haramnya memperdagangkan bangkai, darah dan babi.
وأجمعوا على أن بيع الخنزير وشراءه حرام
Para ulama sepakat bahwa jual beli babi adalah haram.
وأجمعوا على فساد بيع حبل الحبلة وما في بطن الناقة وبيع المجر وهو بيع ما في بطون الإناث
Para
ulama juga sepakat akan tidak sahnya jual beli habalul habalah
[termasuk habalul habalah adalah jual beli kredit namun jatuh tempo
pelunasannya tidak jelas, pent], jual beli janin onta dan jual beli
janin semua hewan selain onta.
وأجمعوا على فساد بيع المضامين والملاقيح قال أبو عبيد هو ما في الأصلاب وما في البطون
Para
ulama bersepakat akan tidak sahnya jual beli madhomin dan malaqih.
Menurut Abu Ubaid yang dimaksudkan adalah jual beli calon janin baik
yang masih berupa sperma atau zigot.
وأجمعوا على نهي
النبي صلى الله عليه وسلم عن بيع السنبل حتى يبيض ويأمن من العاهة نهى
البائع والمشتري وانفرد الشافعي ثم بلغه حديث ابن عمر فرجع عنه
Para
ulama menyepakati larangan Nabi untuk menjual biji bijian yang masih ada
di tangkainya sampai mengeras dan aman dari hama. Larangan tersebut
berlaku untuk penjual dan pembeli. Imam Syafii menyendiri dengan
membolehkannya kemudian sampai kepada beliau hadits yang diriwayatkan
oleh Umar. Setelah itu beliau meralat pendapatnya.
وأجمعوا على أن بيع الثمار سنين لا يجوز
Para
ulama bersepakat bahwa jual beli hasil pertanian selama beberapa tahun
(tidak dalam bentuk transaksi salam, pent) itu tidak diperbolehkan.
وأجمعوا على النهي عن بيع المحاقلة والمزابنة وانفرد ابن عباس
Para
ulama bersepakat akan terlarangnya jual beli muhaqolah dan muzabanah
[jual beli aroya yang tidak memenuhi persyaratan,pent]. Hanya Ibnu Abbas
yang membolehkannya.
وأجمعوا على بيع العرايا أنه جائز النعمان وأصحابه قالوا لا يجوز
Para
ulama sepakat bahwa jual beli 'aroya [barter korma ruthob dengan korma
kering dengan syarat syarat tertentu, pent] hukumnya boleh, hanya Abu
Hanifah dan Hanafiyyah yang tidak membolehkannya.
وأجمعوا على أنه من باع نخلا لم يؤبر فثمرها للمشتري وانفرد ابن أبي ليلى فقال الثمر للمشتري وإن لم يشترط لأن ثمر النخل من النخل
Para
ulama pakar fikih menyepakati bahwa siapa saja yang menjual pohon korma
yang belum diserbuki maka buahnya adalah milik pembeli. Sedangkan Ibnu
Abi Laila mengatakan bahwa buah kormanya adalah milik pembeli meski
tanpa ada perjanjian di awal karena buah korma adalah bagian dari pohon
korma.
وأجمعوا على أن من حلب المصراة فهو بالخيار إن
شاء أمسكها وإن شاء ردها وصاعا من تمر وانفرد أبو يوسف وابن أبي ليلى فقالا
يردها مع قيمة اللبن وشذ النعمان فقال ليس له ردها ولا يستطيع رد ما أخذ
منها
Terkait hewan mushorroh [hewan perah yang tidak diperah
selama beberapa hari baru dijual, pent], ulama fikih bersepakat bahwa
tatkala pembeli sudah memerah susunya sehingga mengetahui kondisi asli
hewan tersebut dia memiliki dua pilihan, menerima kondisi hewan tersebut
atau memulangkan hewan tersebut kepada penjual plus satu sha' [2,5 Kg]
korma. Akan tetapi Abu Yusuf dan Ibnu Abi Laila menyendiri dengan
mengatakan bahwa pilihan kedua adalah mengembalikan hewan tersebut plus
uang senilai harga susu yang telah diperah. Abu Hanifah berpendapat
nyleneh dengan mengatakan bahwa pembeli tidak boleh memulangkan hewan
tersebut kepada penjual karena dia tidak bisa mengembalikan susu yang
telah dia perah.
وأجمعوا على أن تلقي السلع خارجا لا يجوز وانفرد النعمان فقال لا أرى له بأسا
Ulama
menyepakati bahwa menyambut pedagang yang membawa barang dagangan
sebelum mereka tiba di pasar adalah perbuatan yang tidak boleh. Hanya
Abu Hanifah yang bersendirian mengatakan bahwa hal tersebut hukumnya
adalah tidak mengapa. (Artinya melarang hal ini adalah pendapat
mayoritas ulama, pent) [al Ijma karya Ibnul Mundzir hal 30]
Post a Comment