Azim Premji sukses menjadi pengusaha muslim di negeri mayoritas Hindu. Super dermawan. Tetapi dia lebih suka naik bajaj, dan mobil murahan.
Rombongan pria perlente baru
datang dari sebuah perjalanan bisnis, pada sebuah siang di Bandara
Bangalore, India. Seorang sopir taksi premium di bandara menawarkan diri
mengantar seorang pria berambut perak. Pria itu menolak. Mungkin dia
menunggu jemputan, pikir sopir itu.
Tebakan sopir itu meleset. Sambil melepas jas dan dasinya, pria
berambut perak itu melambaikan tangannya memanggil bajaj. Kendaraan roda
tiga yang sedang berebut penumpang di sudut lain bandara itu langsung
bergeser mendekatinya. Bajaj itu langsung tancap gas ditengah panas dan
kepadatan lalu lintas Bangalore.
Ngirit ? Bisa jadi. Padahal kalau mau, Azim Hashim Premji, pria
berambut perak itu, bisa menyewa --atau bahkan membeli-- mobil termahal
yang ada di bandara siang itu. Tapi memang begitulah kebiasaan pria
berusia 69 tahun ini. Majalah Forbes dalam beberapa tahun terakhir
selalu menempatkannya sebagai salah satu pengusaha paling kaya di dunia.
Forbes menempatkan Azim di peringkat 61 orang-orang terkaya di dunia,
Maret lalu. Di kalangan muslim, pemilik perusahaan software Wipro
Products Limited ini menempati nomer wahid dari jalur pengusaha
--bedakan dengan jalur penguasa : raja atau pangeran--. Rekening
pribadinya saat ini diperkirakan Rp 174 triliun.
Azim dikenal super dermawan. Lewat Azim Premji Foundation, dia sudah
menyumbangkan Rp 44 triliun untuk pendidikan dan pembangunan kawasan
miskin di India. Sumbangan pribadinya itu setara dengan ongkos membangun
sepuluh buah Jembatan Laut Suramadu -- yang menghubungkan Surabaya dan
Madura.
Kisah sukses Azim memang tidak seindah dongeng. Dia besar dari
keluarga pengusaha sukses. Mohamed Premji, ayahnya, mendirikan Vanaspati
perusahaan pengolahan minyak biji matahari di Bombay, di tahun
kelahirannya. Semua berjalan lancar hingga Azim dikirim belajar ke
Jurusan Electrical Engineering, Stanford University, Amerika Serikat.
Momentum penting terjadi saat sang ayah meninggal dunia. Kala itu,
Azim baru berusia 21 tahun dan kuliahnya pun belum usai. Pemuda ini
harus pulang menggantikan posisi ayahnya sebagai Direktur Utama.
Namun langkah itu tidaklah mulus. Kepemimpinan Azim dipertanyakan
pada rapat tahunan pemegang saham. Seorang pemegang saham menyerangnya.
“Saudara Premji, Anda harus menjual saham Anda dan menyerahkan kepada
management yang lebih matang. Mustahil kami pertaruhkan investasi kepada
orang seusia Anda yang kurang pengalaman untuk memimpin perusahaan
ini.”
Azim menolak usulan itu. Dia berkeras melanjutkan kepemimpinan
ayahnya. “Serangan itu memicu saya membawa sukses perusahaan ini,”
katanya dalam sebuah wawancara kepada BBC, akhir tahun lalu.
Azim melakukan metamorfosa pada Vanaspati. Dia mengarahkan perusahaan
pengolahan hasil pertanian itu ke bisnis teknologi. Pada 1970,
perusahaan itu mulai membuat komponen mesin hidraulik. Sukses tersebut
dilanjutkan dengan berbagai inovasi produk. Azim kemudian mengubah nama
Vanaspati menjadi Wipro Products Limited, tujuh tahun kemudian.
Wipro masuk industri IT dan membangun kawasan kota silicon di
Bangalore. Hingga tahun lalu, perusahaan konsultan IT dan system
integrasi ini mempekerjakan 147 ribu karyawan dan melayani lebih dari
900 perusahaan di 61 negara. Wipro menjadi perusahaan jasa IT terbesar
ketujuh di dunia dengan nilai kapitalisasi market Rp 226 triliun.
Sebagai muslim yang sukses di negeri berpenduduk 80 persen beragama
Hindu, bukanlah soal mudah. Pertikaian terbuka antaragama masih sering
terjadi di India. Salah satu kunci keberhasilan Azim, dia tidak pernah
membawa atribut keagamaan dalam menjalankan bisnisnya. Termasuk dalam
promosi karyawan yang layak menduduki posisi di tingkat top management.
Pertimbangannya hanya berdasarkan prinsip-prinsip profesional. Karena
itu, bisa dimaklumi, hanya beberapa muslim yang dapat duduk di jajaran
direksi Wipro. Sejumlah media massa besar di India menempatkannya
sebagai tokoh muslim paling dihormati di India.
Azim sangat sadar di negeri berpenduduk satu miliar ini, sebagian
besar penduduknya miskin. Ayah dua anak ini selalu tampil bersahaja dan
tidak pernah menunjukkan kemewahan kepada publik. Misalnya, saat naik
pesawat dia lebih suka duduk di kelas ekonomi, bahkan selalu dengan
mencari harga diskon.
Azim menuntut setiap karyawan mematikan lampu saat meninggalkan
kantor. Seringkali Azim sidak ke ruangan-ruangan untuk memastikan lampu
sudah dimatikan. Azim selalu memonitor jumlah kertas toilet yang
dihabiskan perusahaannya. “Dia membuat Paman Gober (tokoh kartun bebek
kaya nan pelit di Donald Bebek) tampak seperti Sinter Klas,” kata salah
seorang manager di Wipro.
Aturan ketat bukan hanya untuk karyawan, tetapi juga pada dirinya
sendiri. Misalnya dia melarang ada mobil jemputan jika staff Wipro
datang di Airport dari perjalanan dinas. Mereka harus membiasakan diri
naik kereta atau taksi. Saat perjalanan dinas hanya boleh tinggal di
hotel bintang tiga dan harus mencuci sendiri pakaian ganti yang dibawa.
“Saya menuntut orang melakukan sesuatu hanya jika saya juga mengharuskan
diri saya melakukannya,” kata Azim.
Azim juga dikenal bisa memisahkan antara urusan pribadi dan
profesional. Pada suatu masa, dia pernah mendapat teror atas
keselamatannya. Selama masa tersebut, dia memaksa setiap rekan kerjanya
untuk melakukan perjalanan secara terpisah. Sebab dia tidak ingin mereka
ikut terluka atau kena dampak jika sampai ancaman pada dirinya benar
terjadi.
Mungkin Azim menyadari, rekan bisnisnya juga ogah naik mobilnya.
Sebab orang kaya satu ini hanya memiliki sebuah mobil Ford Escort tua.
Mobil berumur 20 tahun yang di pasar harganya pun tidak sampai Rp 50
juta.
Sumber : Azim Premji
Post a Comment