Dropout dari sekolah atau perguruan
tinggi bukan berarti tidak bisa sukses. Banyak orang kaya dan sukses di
dunia ini adalah mereka yang dropout dari studinya, misalnya Bill Gates
yang dropout dan sukses dengan Microsoftnya, Mark Zuckerberg yang
dropout dan sukses dengan Facebooknya, dan masih banyak lagi. Ari
Dyckovsky adalah pemuda berusia 21 tahun yang dropout dari Stanford, dan sukses besar mengelola startup Argo yang saat ini bertumbuh dengan aset $1,5 milyar dollar.
Sebelumnya dikenal dengan nama Arktos,
dua orang mahasiswa dropout dari Stanford dan seorang pekerja yang
mengundurkan diri dari pekerjaannya fokus membangun sebuah spreadsheet
alternatif Excel yang lebih baik. Namun, nama Arktos sekarang diganti
menjadi Argo, kini meraih omset sebesar $1.525 juta, fokus membangun
“sebuah tool eksplorasi data yang tersambung antar departemen untuk
membantu para staf departemen berkolaborasi satu sama lain,” kata Ari
Dyckovsky seperti dikutip dari Techcruch.
Masih menurut Ari, memang ketika sebuah
startup baru dibangun sangat mudah untuk bertemu satu sama lain,
mengelola data bersama-sama, namun ketika startup sudah mulai tumbuh
besar, seringkali harus berkolaborasi secara berjauhan, dan ini menjadi
kendala tersendiri. Dan itulah alasan mengapa Arkos ada.
Kilas balik ke tahun 2013, startup ini
bukanlah rencana awal ketika Ari Dyckovsky masih menjadi mahasiswa baru
di Stanford yang merasa tidak nyaman dengan belajar fisika kuantum dan
keuangan kuantitatif. Dia pun segera akrab dengan teman barunya dan
seorang web developer, Ryan Atallah. Dengan melihat penjualan
Instagram dan Snapchat masih fresh namun begitu melesat bak meteor, di
mana kedua aplikasi ini didirikan oleh mahasiswa dropout dari
Stanford, membuat kedua karib ini mulai memimpikan ide-ide startup.
“Kami menginginkan sesuatu yang rumit
menjadi sederhana, dan memudahkan orang-orang untuk belajar hal itu.
Kami ingin membuat data yang lebih mudah diakses oleh orang, dan yang
lebih penting lagi menciptakan pengetahuan bagi dari data yang lebih
mudah diakses,” kenang Dyckovsky.
Ide yang muncul tersebut adalah
alternatif bagi Excel. “Daripada hanya berupa kolom dan baris, mengapa
kami tidak membuat antar muka yang membuatnya mudah membangun
visualisasi?” pikir mereka berdua.
Dari ide inilah Ari Dyckovsky menccari
sumber invstasi dari modal pinjaman bank sepupunya Andrew Vigneault yang
lebih tua beberapa tahun, lalu mereka mulai menggarap apa yang kemudian
mereka sebut sebagai Arktos.
Mereka kemudian bersama-sama membangun
sebuah tim kemitraan jangka panjang. Kerjasama mereka begitu kuat dalam
merancang sebuah startup bisnis ini.
Karena kesibukan membangun startup
inilah, mereka pun tidak fokus, baik kuliahnya maupun pekerjaannya. Ryan
yang masih kuliah akhirnya dropout dari Stanford, dan Vigneault yang
bekerja pun mengundurkan diri dari pekerjaannya. Dan mereka bertiga
akhirnya fokus di startup ini sehingga kini meraih omset $1,525 juta
hanya kurang dari 2 tahun, setelah mendapatkan suntikan dana bantuan
dari investor Facebook Accel Partners.
Ketiganya kini mulai menikmati hasil
dari jerih payah mereka, meskipun harus meresikokan diri dengan dropout
dari bangku kuliah di perguruan tinggi bergengsi, Stanford University.
Editor: Lintang Sunu (@lintangst)
Sumber: www.techcrunch.com
Post a Comment