Satu contoh yang pernah saya baca adalah tentang seorang penulis dan
senior editor majalah TIME, James Jackson. Selain profesinya yang
mengharuskan untuk terus-menerus berhadapan dengan deadline ketat,
ketidakpastian, juga masalah di luar profesi yang sering konflik. Namun
dalam kondisi tersebut ia tetap dapat berkonsentrasi, meramu sejumlah
besar informasi hanya dalam hitungan jam, dan menghasilkan tulisan
bermutu. Sementara ia masih tetap bisa bercanda dengan orang terdekat
dan menyelesaikan masalah orang lain. Apa rahasianya?
Seringkali
apa yang dihadapi dalam kenyataan tidak sesuai dengan rencana. Ini
adalah kalimat klise, tapi memang benar adanya. Dalam situasi fair semua
berjalan sebagaimana direncanakan sekaligus tidak ada gangguan dan
hambatan. Pada tingkat ini nyaris tidak ditemukan perbedaan antara
nahkoda yang ahli dan nahkoda yang amatiran karena bisa sama-sama
mengarahkan kapal sesuai peta dan sampai ke tujuan. Dalam situasi
seperti ini maka benar apa yang dikatakan orang bijak, bahwa laut yang
tenang tidak akan melahirkan pelaut yang tangguh. Tetapi bagaimana kalau
tiba-tiba terjadi ombak besar, badai besar, hujan deras, situasi
berkabut, dan alat penunjuk arah tidak normal lagi, tentu kita sulit
untuk menjawab kapan bisa sampai ke tujuan. Padahal hidup ini nyaris
sama dengan keadaan tersebut.
Dalam kondisi realita yang demikian,
mampukah kita menjaga agar diri tetap fokus, mengerahkan energi
konsentrasi di tengah situasi yang terkadang bisa dikontrol tetapi
terkadang tidak? Sungguh pertanyaan yang sulit. Untuk itu, perlu cara
pandang yang tidak hanya melihat dari sisi fair-nya saja. Karena dalam
mencapai tujuan, seringkali tidak bisa diabaikan situasi-situasi tidak fair
seperti; musibah, godaan, kejutan, dan hal-hal lain yang sama sekali
tidak ada dalam rencana, yang mana hal tersebut tidak hanya menimpa
orang-orang baik saja. Karena jika hal-hal tersebut diabaikan, maka yang
terjadi adalah mudah capek dan putus asa.
Konon, bahwa rahasia di
balik ketahanan seorang James Jackson di atas adalah kepercayaan pada
kemampuan sendiri. Yakin pada apa yang dapat dilakukan dengan kualitas
terbaik sekaligus tidak membiarkan jebakan emosi menguasai diri akibat
orang lain atau situasi yang ada. Bahasa gampangnya, percaya diri dan
mampu menguasai diri.
Maaf, satu contoh di atas saya ambil dalam
bidang menulis. Meski begitu, pembahasan ini secara umum tidak dibatasi
bidang tertentu saja. Setidaknya, ada 3 poin kunci; kemampuan
merencanakan tindakan positif, kemampuan untuk tetap optimis meskipun
banyak kejutan dan perubahan mendadak, serta percaya diri bisa
mengendalikan atau mengatasi masalah yang menimpulkan stress.
Kebanyakan
orang bisa fokus pada tujuan pada saat situasi normal sesuai rencana.
Kalau situasi hidup hanya berubah sekali tidak apa-apa. Tetapi
kenyataannya, situasi berubah sepanjang hidup, sehingga konsentrasi pun
berubah. Kalau konsentrasi berubah, maka jangankan terhadap tujuan
hidup, terhadap hal sepele pun, bisa jadi akan berubah tujuannya.
Tidak
bisa disebut kemampuan istimewa jika kita punya optimisme di saat
situasi normal-normal saja. Karena yang benar-benar dibutuhkan adalah
kemampuan melihat secercah cahaya pada saat situasi yang kadang
berkabut.
Konon lagi (karena saya tahunya hanya dari membaca,
tidak melihat sendiri), sebelum Teh Sosro dipasarkan, riset pemasaran
perusahaan tersebut tersebut justru mengatakan TIDAK. Tetapi sudut
pandang seorang Sutjipto Sosrodjojo mengatakan YA. Dalam bahasa facebook
sehari-hari, ini disebut kemampuan berpikir Out of The Box.
Ada 3
nasehat singkat setidaknya buat saya sendiri; JANGAN MUDAH LARUT,
JANGAN MELARIKAN DIRI, dan JANGAN TAKUT. Penjelasannya, artikan
sendiri..
Ditulis oleh: Hudiya (Kulinerpreneur Malang)
Editor: Abu Azzam
Editor: Abu Azzam
Post a Comment